
M
embayangkan Kekejaman Pol Pot di Museum Genosida PEMIMPIN Khmer Merah Pol Pot memang benar-benar kejam, keji, bengis lalim, ataupun apapun sebutan lain bagi orang yang tidak berperi kemanusiaan. Pria bernama asli Saloth Sar ini selama menjabat sebagai Perdana Menteri Kamboja (1976-1979) telah membunuh jutaan rakyat tak berdosa, konon jumlahnya sampai sepertiga warga Kamboja. Membunuhnya tidak menggunakan senjata api, karena akan boros peluru, tetapi agar ngirit dengan cara menyiksa, sehingga korban akan mengalami penderitaan tak terperikan.
Gambaran kekejaman Pol Pot dan para pengikutnya bisa disaksikan di Genozide Museum atau Museum Genosida di Toul Sleng Prison Phnom Phen, Ibukota Kamboja. Waktu itu Pol Pot memang memerintahkan untuk membunuh dengan cara menyiksa para musuhnya, orang yang dianggap musuh atau yang tidak sejalan dengan doktrinnya. Mulai dari anak-anak, bahkan bayi masih merah sampai orangtua renta. Baik akademisi, guru, dokter, insinyur, petani, pengusaha, maupun berbagai macam profesi lainnya. Sejumlah alat penyiksaan juga dipajang di sana.
Ada sekitar 15.000 orang yang pernah ditahan di Tuol Sleng. Dari jumlah itu, tak lebih dari sepuluh orang yang selamat. Lainnya dibantai secara keji. Tempat ajang pembunuhan lainnya adalah yang disebut The Killing Field, namun tidak sempat penulis kunjungi.

Salah satu sudut Museum Genosida
Tempat yang diberi kota Penjara 21 ini berupa bangunan bertingkat tiga dengan model huruf ‘U’ yang awalnya merupakan lembaga pendidikan, sehingga bangunannya berupa lokal-lokal seperti kelas. Namun bangunan tampak kumuh dengan cat tembok yang sudah sangat usang.
Di tiap-tiap pintu masuk kamar terdapat gambar dan penjelasan dalam Bahasa Khmer. Tulisan tersebut meminta para pengunjung untuk tenang, tidak tertawa, dan bergurau guna menghormati arwah para tahanan yang pernah ditahan, disiksa dan dibantai di tempat itu.
Meski seperti kelas, jangan anda bayangkan di dalamnya ada meja-meja tempat belajar. Di bangunan sisi kiri, di tiap lokal terdapat tempat tidur besi. Di dekatnya ada besi, atau apa saja yang dijadikan alat untuk menyiksa orang. Di salah satu dindingnya terdapat foto besar manusia yang sedang terkapar setelah disiksa. Meski gambar tidak tajam, dan masih hitam putih, namun cukup menggambarkan kondisi korban.

Melihat tempat tidur tempat penyiksaan.

Foto korban penyiksaan.
Di ruang-ruang bagian tengah antara lain berisi foto-foto para tahanan. Mereka di foto sesaat usai dibantai saat proses interogasi. Dipajang juga foto istri salah seorang bekas menteri rezim Khmer Merah yang oleh Pol Pot dianggap telah mengkhianati dirinya. Di pangkuannya tampak bayi merah. Di belakang kepala perempuan itu sudah terpasang sebuah bor.

Baliho yang menggambarkan kekejaman

Melihat foto-foto para korban

Seorang ibu yang suaminya membelot dari Pol Pot menunggu nasib.
Ada juga almari berisi bekas pakaian dan baju para tahanan. Di sebelahnya ada beberapa ruang kelas yang diubah menjadi sel-sel sempit untuk perempuan. Sel-sel itu berukuran sekitar 1 M X 2 M dengan dinding batu bata merah disemen. Sebagian besar sel tanpa pintu, namun kaki para tahanan diikat dengan besi yang dicor dilantai. Tidak ada WC sehingga jika tahanan buang air diberi wadah kaleng kecil.

Gambar hamparan tengkorak para korban.

Bagian luar gedung ditutup anyaman kawat agar korban tidak lari.

Contoh benda-benda sebagai alat penyiksaan.
Gambaran kekejaman Pol Pot juga direkonstruksikan Vann Nath dalam lukisan yang di pajang di gedung sayap kanan. Vann Nath yang pernah ditahan merekonstruksikan kejadian sebenarnya berdasarkan apa yang dia lihat atau direkonstruksi berdasarkan apa yang dia dengar dari jeritan suara ibu-ibu, anak-anak dan bayi saat disiksa. Salah satu gambar memperlihatkan seorang ibu yang merayap di lantai dan meratap-ratap kepada penjaga agar bayinya yang direnggut darinya dikembalikan. Sedang sang penjaga sambil tertawa tidak menghiraukan.

Gambaran kekejaman dalam menyiksa

Melihat foto kalangan ulama saat berdoa

Bayi yang dilempar ke atas kemudian ditadahi bayonet
Lukisan lainnya menjelaskan nasib sang bayi. Dalam lukisan digambarkan bayi itu oleh penjaga dilempar ke atas dan saat tubuh bayi itu melayang turun disambut pisau bayonet. Di bawahnya juga tampak tumpukan mayat di pinggir kolam. Ada juga lukisan yang menggambarkan bayi itu dipegang kakinya, diputar-putar dan kemudian dihempaskan kepalanya ke pohon atau tembok.
Ada juga gambar yang menunjukkan seorang tahanan direndam dalam bak kayu dengan kedua tangan terikat dan posisi kepala di bawah. Kemudian, ke dalam bak air dialirkan listrik. Pasti tahanan tersebut kesakitan. Itu hanya sebagian dari cara Pol Pot menyiksa orang. (*)

Peta Kamboja yang disusun dengan hamparan tengkorak dan tulang manusia.