Kamis, 19 Oktober 2017

Blusukan di Tjong A Fie Mansion






JIKA jalan-jalan ke Medan, Anda juga bisa tempat bersejarah yang ada hubungannya erat dengan kota ini. Inilah Tjong A Fie Mansion yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani di Kesawan, Medan, Sumatera Utara. Rumah ini merekam kehidupan Tjong A Fie yang mempunyai jasa besar dalam pembangunan Kota Medan.

Tjong A Fie Mansion adalah rumah dua lantai yang dibangun oleh Tjong A Fie (1860-1921). Ia seorang pedagang Hakka yang memiliki banyak tanah perkebunan di Medan. Ia kemudian diangkat sebagai Majoor der Chineezen di Medan dan memimpin pembangunan rel kereta api Medan-Belawan. Rumah ini masih ditempati keturunan Tjong A Fie. Namun sejak tahun 2009 sebagian rumah ini dibuka untuk dikunjungi umum.

Rumah ini selesai dibangun tahun 1900 dan dirancang dengan gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco. Kini menjadi objek wisata bersejarah di Medan. Di rumah ini, pengunjung bisa mengetahui sejarah kehidupan Tjong A Fie lewat foto-foto, lukisan serta perabotan rumah tangga yang digunakan oleh keluarganya serta mempelajari budaya Melayu-Tionghoa.


Tjong A Fie berkerabat dengan Cheong Fatt Tze yang membangun Cheong Fatt Tze Mansion di Penang Malaysia. Karena itu sekilas ada kemiripan antara Tjong A Fie Mansion dengan Cheong Fatt Tze Mansion.

Untuk masuk ke Tjong A Fie Mansion dikenakan biaya tiket Rp 35.000 (pengunjung umum) dan Rp 20.000 (pelajar). Selanjutnya para pengunjung akan dipandu mengelilingi memasuki semua ruang oleh pemandu yang sudah disiapkan, sambil dijelaskan apa saja yang dilihat. Sedang kalau beruntung akan dipandu langsung oleh salah satu cucu Tjong A Fie, yaitu Tjong Nyie Mie. "Kebetulan saya tinggalnya di samping situ," kata Tjong Nyie Mie.

Begitu memasuki ruang depan, pengunjung akan diperlihatkan dinding ruang yang dihiasi foto-foto dokumentasi, baik foto Tjong A Fie mengenakan pakaian kebesaran dengan ukuran raksasa, maupun foto-foto kegiatan lain, antara lain foto prosesi pemakamannya yang berupa iring-iringan panjang. Pengunjung juga bisa menyaksikan ruang tidur, ruang makan, bahkan dapur tempat memasak. Di ruang dapur, misalnya, terdapat tungku raksasa dengan bahan bakar kayu. Di atasnya terdapat peralatan masak, baik memasak nasi, sayur, maupun air, dan tempat-tempatnya. Kemudian tak jauh dari dapur terdapat peralatan dari batu yang digunakan untuk menghaluskan bumbu atau jamu.




Sedang di lantai atas, terdapat ruang cukup luas. Di situlah tempat Tjong A Fie bersantai, bahkan pada saat-saat tertentu berpesta dansa dengan para koleganya. Ruangan ini dilengkapi alat musik piano kuna. "Di ruangan berlantai dari kayu ini dulu Tjong A Fie biasa mengundang koleganya untuk bersantai," kata Tjong Nyie Mie.

Jumlah pengunjung Tjong A Fie Mansion tergolong banyak. Terbukti dengan diraihnya penghargaan berupa sertifikat keunggulan dari Tripadvisor sebagai Pemenang 2014. (Luthfie)

Mejeng Bareng





 

Senin, 16 Oktober 2017

Sejenak Menjadi Bangsawan di Istana Maimun

SUMATERA Utara memang kaya objek wisata nan mempesona. Baik wisata alam maupun sejarah. Selain Danau Toba yang kini sedang berjuang memperoleh status sebagai Global Geopark dari UNESCO, juga ada Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Morotai, Kepulauan Seribu, Wakatobi serta Labuan Bajo.
Kalau kita punya waktu longgar, bisa leluasa menjelajahi objek-objek wisata tersebut. Apalagi kini Citilink sudah membuka jalur penerbangan langsung Yogya-Medan. Jika waktu kita tidak banyak, juga bisa memuaskan diri dengan menikmati objek-objek wisata yang ada di dalam kota Medan. Antara lain dengan berkunjung ke Istana Sultan Maimun, yang merupakan ikon sejarah kota ini, yang terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.
Istana Maimun dari depan.

Masuk Istana Maimun berbeda dengan masuk istana atau kerajaan (kraton) lainnya. Sebab, kita bisa ikut menjadi bagian dari istana ini. "Kita bisa menjadi bangsawan sejenak di istana ini," kata Benny S Butarbutar, VP Corporate Communication Citilink Indonesia, saat mengantar sejumlah wartawan peserta Joyflight Citilink, baru-baru ini.
Di dalam istana memang ada beberapa toko suvenir yang menyewakan pakaian adat, baik untuk pria maupun wanita. Dengan membayar Rp 20.000, seorang wisatawan akan didandani layaknya keluarga istana. Setelah itu bisa berfoto-ria di semua sudut istana. Bahkan juga berfoto dengan duduk di singgana raja, sehingga seperti raja (kalau pria) atau ratu (kalau wanita), atau raja bersama permaisuri kalau foto berpasangan. "Ini kita seolah-olah sedang rapat keluarga istana," kata Benny S Butarbutar kepada para wartawan yang ikut sambil menikmati kursi santai di bagian depan Istana.
Selain berfoto sepuas-puasanya di semua sudut istana, kita juga menyaksikan koleksi foto-foto keluarga istana. Juga pusaka (keris) Sultan dan benda-benda lain. Sedang kalau di luar bisa menikmati keindahan dan kenyamanan tamannya serta kekhasan artitekturnya.
Istana Maimun dari samping

Istana Maimun didesain oleh arsitek Italia. Namun ada versi lain menyebutkan desainer Istana seorang belanda bernama T.H. Van Erp. Dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana ini memiliki luas 2.772 m2 dan 30 ruangan. Bangunan terdiri 2 lantai dan memiliki 3 bagian, yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan sekitar 200 meter di sisi depannya terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.
Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Bangunan induk sebagai tempat Singgasana Raja. Istana ini termasuk bangunan bersejarah. Dibangun dengan ciri khas Melayu dengan warna kuning, sebagai istana peninggalan Kerajaan Deli pada masa saat itu dan disebut juga Istana Putri Hijau.
'Para bangsawan' dadakan mejeng.

Desain istana dengan gaya tradisional istana-istana melayu dan pola India Islam (Moghul) yang terlihat dari bentuk lengkungan atap.
Jika kita melihat kedalam istana ada perpaduan budaya Belanda yang terlihat dari perabotan istana seperti kursi, meja, toilet lemari dan pintu, pengaruh budaya Belanda juga terlihat di marmer prasasti di depan tangga yang ditulis dengan bahasa Belanda.
Di dalam kompleks istana terdapat Meriam Puntung. Menurut Hikayat Puak Melayu, Meriam Puntung adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau dari Kerajaan Deli Tua bernama Mambang Khayali yang berubah menjadi meriam dalam mempertahankan Istana dari serbuan Raja Aceh yang ditolak pinangannya oleh Putri Hijau. (Luthfie)
Foto-foto